Kontributor : Balqis Cemal Xaviera Hadi - Grantee Wardah Scholarship Program 2020

Telah diselenggarakan Paragon Innovation Summit pada 27 dan 28 Maret 2021 secara online dengan mengusung tema The Leading Virtual Innovation Moment in 2021 serta tidak melupakan jargon utama Paragon, yaitu #InnovationForTheGreaterGood. Mengikuti acara ini merupakan pengalaman baru bagiku yang meskipun secara online, tidak mengurangi keseruan yang ada mengingat model acara yang dilakukan seperti Virtual Reality sekaligus berbentuk pameran yang sangat meningkatkan pengalaman seakan-akan memang berada disitu. Tidak hanya itu, acara ini juga menawarkan innovation talk yang diadakan di main stage dengan bintang tamu terkenal, innovation circle, paragon innovation awards, innovation showcasing, dan yang tidak kalah penting serta menarik bagi mahasiswa adalah recruitment & internship info. Do you notice the pattern here? Yes, it’s all about innovation and how to bring a greater good –which is, by the way, fit with Paragon slogan.

Hal yang paling menarik dan sangat berkesan menurutku hingga hari ini adalah Innovation Talks Session II: Innovation and Collaboration In Learning To Accelerate Transformation yang mengundang para wanita hebat pembawa perubahan sebagai pembicara, yaitu Najeela Shihab, Alamanda Shantika, dan idolaku, Raline Shah! Tidak lupa, acara ini berjalan lancar dengan bantuan Saniy Shabrina –moderator dan teknisi operator PIS tentunya! Sesi kedua ini menghubungkan pendidikan dalam berbagai jenjang serta inovasi dan kreativitas dalam menciptakan suatu gebrakan.

I really love the way Raline said that we need to change, be creative, and be adaptive. Semua orang memiliki kemampuan untuk berinovasi, jika mereka mau. Memiliki pemikiran kritis terkait semua hal juga dapat menjadi awal dalam membentuk suatu perubahan. ‘Is this relevant? Or is this useless? Can I make this useful for me? Or for other people?’. Namun, hal ini tidaklah berguna jika tidak memiliki mindset yang luas terkait banyak hal. Karena, perlu diingat bahwa inovasi atau penemuan seringlah gagal karena adanya benturan pemikiran dari orang yang tidak memiliki pemahaman yang sama (sering sekali terjadi jika orang tersebut memiliki generation gap). Menanggapi hal ini, diperlukan empati dalam design thinking agar kita dapat memahami alur pemikiran orang lain dan diri sendiri sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan lancar hingga dapat menghilangkan gap yang ada.

‘We can’t control the outside of ourselves. We can ONLY control ourselves’ –thus, we need to lead by giving examples so people will see the impact and ‘our truth’ themselves.

Yap! Kutipan itu diambil dari Alamanda yang amat sangat menusuk dan relatable sekali bagi semua orang. Sebagai salah satu pembawa perubahan, yaitu pendiri startup di bidang pendidikan, hal ini mungkin bukanlah hal yang asing baginya karena dalam membuat inovasi baru, bukanlah hal yang tidak mungkin apabila memiliki selisih pemikiran dengan orang lain. Jika hal ini terus terjadi? Tentunya dapat menjadi tantangan dalam implementasi hal tersebut. Solusi mudahnya, dapat dipikirkan untuk berkolaborasi dengan orang lain dan juga mengambil referensi dari hal yang berdekatan dengan inovasi yang akan dibuat sehingga dapat menemukan ide-ide baru.

Tidak lupa, terdapat dimensi penting yang perlu dimiliki dalam berinovasi, seperti yang disebut oleh Najeela. Pertama, komitmen dalam diri serta tujuan yang jelas dalam melakukan suatu hal. Temukan alasannya. Janganlah menjadi seperti robot yang hanya ‘melaksanakan tugas’ tanpa tau maknanya. Kedua, mandiri –cobalah memimpin diri, miliki inisiatif dan melakukan segala hal sendiri. Dan terakhir, refleksi terkait apakah ada kekurangan atau kelebihan yang terdapat dalam diri, yang juga dapat dipraktikkan dalam konteks manapun.

All I wanna say is this experience and innovation talks really opens up my eyes about a few things! So I, for real can’t wait for the next PIS! 

#InnovationForTheGreaterGood, #WardahScholarshipProgram, #InspiringGeneration